Kekayaan alam dan keindahan alam semesta serta ancaman bencana merupakan kasih sayang Allah Sang Maha Pencipta kepada umatnya, agar kita selalu ingat akan kebesarannya. Kita harus bisa mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terjadi karena setiap yang kita lakukan selalu diminta pertanggung jawabannya. Dibalik semua kisah bahagia, perih dan duka akibat bencana yang dialami manusia terdapat pelajaran bahwa kita dituntut lebih menghargai alam semesta sebagai tempat kehidupan kita.
Benda serta photo yang dipajang dalam museum ini merupakan refleksi kenangan dan peristiwa gempa dan bencana yang terjadi di Sumatera Barat khususnya di kota Padang. Sederetan photo dan film dokumenter ini bukan lah untuk menguak luka atau kepedihan, tetapi sebagai media perenungan dan pembelajaran bagi kita, bahwa Allah adalah Sang Maha Penguasa Alam Semesta.
Buku Tamu (di isi) |
Tulisan dalam kutipan diatas
akan tampak di dalam Museum Bencana kota Padang, yang lokasinya masih satu kawasan
dengan Museum Adityawarman, untuk mengetahui lebih lengkap Museum Adityawarman
disini Taman Mini Ala Sumatera Barat
Museum Bencana
tidaklah luas, hanya ruangan kecil, ketika pertama kali masuk akan terlihat photo –
photo korban meninggal akibat bencana 30 September 2009 silam, photo –
photo yang terpajang mulai dari anak – anak hingga orang dewasa, gempa itu
sungguh membuat Indonesia berduka, kota Padang mengalami kondisi yang
sangat hancur, beberapa bangunan terbakar akibat arus listrik dan terdapat
sekelompok korban yang tenggelam ke dasar tanah.
Sebelah sana, iya disudut ruangan ini terdapat photo yang memperlihatkan seorang bapak yang seluruh tubuhnya mengalir darah, bapak itu terlihat sedang di papah menuju medis bencana.
Menangis, saya
sedih melihat photo – photo tersebut. Dunia ikut membantu, banyaknya orang
asing yang datang ke kota Padang sebagai relawan, media internasional ikut
memberitakan tentang bencana gempa itu.
"kamu mengetahui
bencana ini, Di? Tanyaku. Tau kak, jawabnya." "Diah kelas 2 smp saat itu,
tutupnya." Saya dan Diah hanya berdua diruang ini saat obrolan berlangsung, yang awalnya ada
bapak penjaga tetapi tanpa sepengetahuan kami beliau sudah pergi ntah kemana.
Dan setelah
mengelilingi ruangan ini, saya kembali keatas dengan muka sembab.
0 Comments
Hayy.. Jejak anda yang akan mengubah pikiran saya ttg postingan ini, silahkan berkomentar dengan sopan.