Seminar Cross Culture
ditaja oleh Kantor Urusan Internasional UR
Selasa, 10 Juni 2014
Sebagai Narasumber yaitu :
- Megan O'Sullivan-Day (Native Speaker dari University of Northampton - Inggris)
- Dr. Sigit Sutikno (Alumni University of Miyazaki - Jepang)
- Yessi Olivia, S.Ip., M.Int.Rel (Alumni Monash University - Australia)
Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB dan selesai pada pukul 10.15 WIB untuk Sesi
Mahasiswa, dan kemudian dilanjutkan untuk sesi Dosen. Bertempat di Ruang Aula
Serbaguna Rektorat Lantai 4 ini berjalan dengan baik karena bisa dilihat dengan antusias peserta
mendengarkan setiap materi yang diberikan oleh para narasumber.
Narasumber 1 : Megan, Lahir 19 november 1990
Overview
:
- How to act in seminars
- Relationship with our tutors
Pada
bagian ini yang dapat saya mengerti, disini megan menjalaskan bagaimana
hubungan lecture dengan mahasiswa, di UK apabila ingin bertemu dosen maka harus
mengirimkan e-mail sebelumnya, disana kami tidak pernah berkomunikasi melalui
sms dan telpon, jelasnya.
Disana
kami apabila ingin memanggil dosen bukan menggunakan nama belakang seperti
biasanya tetapi memanggil menggunakan nama depan, itu salah satu bentuk rasa
horman kepada beliau.
- Studying independently
Mahasiswa
disana bebas dalam berfikir, memberikan pendapat, mengembangkan ilmu yang mereka
punya dan berfikir kritis.
- Plagiarism
Di
UK paling tidak menyukai yang namanya plagiat, bagi ketahuan plagiat maka akan
dikucilkan. Seperti mengutip dari blog itu salah satu plagiat, karena disana
sumber itu hanya dua yaitu buku dan jurnal dan tidak ada diluar itu, kalau
menggunakan diluar itu maka sudah masuk kategori plagiat.
Narasumber 2 : Sigit
sutikno, dosen teknik sipil (sekarang)
Menurut
beliau, Cross Culture adalah interaksi seseorang dalam suatu komunitas yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
Budaya
jepang sangat jauh berbeda dengan budaya indonesia, disana sangat menjunjung
tinggi nilai keramahan, kesopanan dan janrang yang melanggar aturan. Mungkin bagi
orang indonesia yang sudah lama tinggal di jepang akan mengalami yang namanya
culture shock, dimana culture shock ini berarti keterkejutan budaya, dimana
kita mengalami perbedaan budaya. Seperti tradisi membungkuk (Ojigi) di jepang
adalah bentuk rasa hormat kepada teman interaksi, membungkuk 15 digunakan untuk
hal biasa, membungkuk 30 digunakan untuk mempersilahkan masuk, dan 45 digunakan
apabila selesai berbicara dalam seminar.
Budaya
di kampus ala orang Jepang :
- 10 menit sebelum masuk sudah berada dalam kelas
- Dalam kegiatan belajat tidak ada yang bicara atau pun mengobrol
- Melanggar etika apabila telat masuk kelas, karena telat adalah sikap yang memalukan. Dan apabila telat dan masih ingin mengikuti pelajaran maka harus membungkuk 90 sebagai bentuk minta maaf.
- Dalam kelas tidak ada ketentuan dalam berpakaian, pakaian bebas dan malah tergantung dengan musim. Apabila musim panas mereka hanya menggunakan kaos dan sendal sedangkan musim dingin maka menggunakan pakaian yang tebal menutupi seluruh tubuh.
- Di jepang tanda tangan tidak penting, karena setiap orang disana memiliki cap masing-masing. Jadi jika ingin melegalkan sesuatu maka hanya dengan men-cap saja.
- Budaya kerja keras sangat kental di jepang, apabila masuk jam 08.00am maka pulang nya jam 08.00pm itu minimalnya, malah ada yang pulang jam 10.00pm.
- Pola makan di jepang juga sehat, orang jepang makan secukupnya dan sering berolahraga. Dan bisa dilihat kalau di jepang jarang menemukan orang yang gemuk (over weight).
- Jangan takut karena tidak fasih berbahasa jepang, karena kita akan di beri seorang penerjemah yang di siapkan dari Universitas, dan biasanya akan menemani kita selama setahun. Tidak dalam kampus saja tapi diluar kampus juga akan membantu kita
Dan
mengenai kuliah di jepang tidak akan dipersulit, masa kuliah jenjang S1 selama
4 tahun dan apabila skripsi masih wajib menggunakan bahasa kanji, S2 selama 2
tahun dalam thesis sudah ada internasioanl student nya jadi memudahkan mahasiswa
memilih bahasa yang digunakan, kanji or english. S3 selama 3-3.5 tahun
Narasumber 3 : Yessi
Olivia, Dosen Hubungan Internasional (sekarang)
Australia
adalah negara yang memiliki bahasa inggris khas yaitu australia english. Dimana
bahasa inggris nya banyak menggunakan slang, atau humor ala australia seperi
Ambo (Ambulance) dll.
Gaya
hidup orang Australia: warganya yang menyukai seni dan olahraga, dan biaya
hidup di Australia mahal seperti di Sydney dan Melbourne sebagai kota dengan
biaya hidup tinggi. Biaya termahal adalah Cigarette dan termurah adalah milk and bread. Harga susu lebih murah ketimbang air mineral, di Australia harga air mineral lumayan mahal maka orang australia selalu membawa tumbler atau botol air sendiri kemana pun mereka akan bepergian.
How
to survive in Australia:
- Shared House
Seperti
yang kita tahu bahwa biaya hidup di Australia mahal maka sebaiknya internasional student berbagi rumah karena
apabila sendiri maka akan sangat banyak keluar biaya, biaya air, listrik dll
sangat mahal di sini. Dengan berbagi maka akan meringankan biaya penginapan.
- Prepare your own meal
Untuk
makan harus berfikir dua kali kalau mau makan di cafe atau restaurant, karena
mahal! Jadi kita harus pandai masak.
- Use public transport
- Alternative shopping place ex: Australian dollar shops, savers, and asian market. Tempat ini menjual barang dengan harga miring, cocok bagi orang yang biaya hidup nya sederhana.
Kenang-kenangan bersama Megan |
2 Comments
walah, ribet dan pasti bikin shock beneran ini mah,, kalo disini kuliah telat 10-15 menit biasa banget, apalagi buat anak kuliah malem kek yang komen ini, hobi telat haha
ReplyDeleteAwalnya bakalan shock, tapi seiring berjalan nya waktu akan terasa biasa kok :D
DeleteIndonesia jangan jadi patokan deh, kalah jauh! heuheu
Dasaaar -_-
Hayy.. Jejak anda yang akan mengubah pikiran saya ttg postingan ini, silahkan berkomentar dengan sopan.